“Paling tidak
aku mengakhirinya dengan bahagia”.
Aku tau kau lebih baik dariku. Apakah tak bisa kau tahan untuk tidak berkata sesombong itu di depan luka hatiku yang sudah mulai tertutup. Kau membuat luka itu menganga lagi. Perih. Aku jadi semakin ragu. Apakah kau masih seperti yang ku kenal dulu.
Aku tau kau lebih baik dariku. Apakah tak bisa kau tahan untuk tidak berkata sesombong itu di depan luka hatiku yang sudah mulai tertutup. Kau membuat luka itu menganga lagi. Perih. Aku jadi semakin ragu. Apakah kau masih seperti yang ku kenal dulu.
***
Kuhempaskan
tubuhku dengan pasrah di atas ranjang. Setelah seharian penuh ditontonkan
ceramah para dosen yang ku kira mereka mendapatkan gaji yang memuaskan. Terlihat
jelas saat mereka terlihat sangat puas saat wajah-wajah dungu mahasiswanya tidak
mengerti apa yang sedang mereka ucapkan. Mungin mereka ingin membuktikan kalau
memang mereka pantas menjadi dosen. Manusia berpendidikan tinggi. Kurasa mereka
tidak sia-sia. Aku akui mereka jenius dalam hal membuat kami bingung.
Kubuka
bajuku, kuraih handuk di belakang pintu kamarku lalu kuseret kakiku
menuju kamar mandi. Sungguh aku lelah. Semoga air yang kusiram dari atas
kepalaku ini bisa luluhkan penat di sekujur tubuh ini.
“Byuuur.....”.
Tetes air selalu saja mengalahkanku. Aku menyerah. Kau menang lagi dan aku selalu kalah.
Tetes air selalu saja mengalahkanku. Aku menyerah. Kau menang lagi dan aku selalu kalah.